Thursday, August 9, 2012

Berjuang Merebut Kemerdekaan dengan Bambu Runcing ?

Foto: Postingan ke-268 : Berjuang Merebut Kemerdekaan dengan Bambu Runcing?  berani baca harus like! post by -= F-A =-  Mari kita sejenak melihat sejarah perjuangan bangsa kita melawan penjajah Belanda dan Jepang, apa yang digunakan pejuang-pejuang kita dulu ? Bambu runcing ! ya senjata yang sangat sederhan a, hanya bambu yang diruncingkan bagian ujungnya. Itulah senjata yang digunakan. Namun dengan semangat jihad, hidup atau mati, merdeka atau mati, tercapailah apa yang dicita-citakan, KEMERDEKAAN !  Mungkin saat itu ada yang menilai, mana mungkin bembu runcing dapat mengalahkan tank-tank Belanda dan Jepang ? Mana mungkin bambu runcing dapat mengalahkan peralatan perang modern yang dimilki Belanda dan Jepang ?  Kita simpan sejenak kisah bambu runcing. Kita lihat betapa hebatnya negara penjajah kita saat itu: Jepang. Jepang menunjukkan kehebatannya dengan menyerang pearl harbour.  Pada 7 Desember 1941, pesawat Jepang dikomandoi oleh Laksamana Madya Chuichi Nagumo melaksanakan serangan udara kejutan terhadap Pearl Harbor, pangkalan angkatan laut AS terbesar di Pasifik. Pasukan Jepang menghadapi perlawanan kecil dan menghancurkan pelabuhan tersebut. AS dengan segera mengumumkan perang terhadap Jepang.  Bersamaan dengan serangan terhadap Pearl Harbor, Jepang juga menyerang pangkalan udara AS di Filipina. Setelah serangan ini, Jepang menginvasi Filipina dan koloni-koloni Inggris di Hong Kong, Malaya, Borneo dan Birma dengan maksud selanjutnya menguasai ladang minyak Hindia Belanda. Seluruh wilayah ini dan daerah yang lebih luas lagi, jatuh ke tangan Jepang dalam waktu beberapa bulan saja. Markas Britania Raya di Singapura juga dikuasai, yang dianggap oleh Churchill sebagai salah satu kekalahan dan sejarah yang paling memalukan bagi Britania.  Amerika Serikat membalas Perebutan pulau-pulau seperti Iwo Jima dan Okinawa oleh pasukan AS menyebabkan Kepulauan Jepang berada dalam jangkauan serangan laut dan udara Sekutu. Di antara kota-kota lain, Tokyo dibom bakar oleh Sekutu, dimana dalam penyerangan awal sendiri ada 90.000 orang tewas akibat kebakaran hebat di seluruh kota. Jumlah korban yang tinggi ini disebabkan oleh kondisi penduduk yang padat di sekitar sentra produksi dan konstruksi kayu serta kertas pada rumah penduduk yang banyak terdapat di masa itu. Tanggal 6 Agustus 1945, bomber B-29 “Enola Gay” yang dipiloti oleh Kolonel Paul Tibbets, Jr. melepaskan satu bom atom Little Boy di Hiroshima, yang secara efektif menghancurkan kota tersebut.  Pada tanggal 8 Agustus 1945, Uni Soviet mendeklarasikan perang terhadap Jepang, seperti yang telah disetujui pada Konferensi Yalta, dan melancarkan serangan besar terhadap Manchuria yang diduduki Jepang (Operasi Badai Agustus). Tanggal 9 Agustus 1945,pesawat bomber jenis Boeing B-29 Superfortress “Bock’s Car” yang dipiloti oleh Mayor Charles Sweeney melepaskan satu bom atom Fat Man di Nagasaki.  Kombinasi antara penggunaan bom atom dan keterlibatan baru Uni Soviet dalam perang merupakan faktor besar penyebab menyerahnya Jepang, walaupun sebenarnya Uni Soviet belum mengeluarkan deklarasi perang sampai tanggal 8 Agustus 1945, setelah bom atom pertama dilepaskan. Jepang menyerah tanpa syarat pada tanggal 14 Agustus 1945, menandatangani surat penyerahan pada tanggal 2 September 1945 di atas kapal USS Missouri di teluk Tokyo.  Mari kita lihat, mungkinkah bambu runcing melawan senjata super modern penjajah kita?  Setelah menyerahnya Jepang, Sekutu memerintahkan agar Pemerintahan militer Jepang di Indonesia terus menjaga status quo sambil menunggu kedatangan pasukan Sekutu. Meskipun masih memiliki kekuatan militer di Indonesia, jepang enggan mengerahkan pasukannya.  Beberapa saat setelah menyerahnya Jepang ke Sekutu, para meuda menginginkan segera dilaksanakan perebutan kekuasan dari Jepang. Namun “kaum tua” menolaknya. Kemudian kita mengenal sejarah penculikan Soekarno yang dibawa ke Rengasdengklok.  Secara sporadis para pemuda melakukan perebutan kekuasaan dengan mengambilalih stasiun kereta api Manggarai dan Jatinegara serta sejumlah sarana dan prasrana lainnya.  “Bantuan Jepang”  Aksi pemuda menimbulkan dilema di kalangan petinggi Jepang. Di satu sisi harus menjaga Status Quo hingga Sekutu datang, di sisi lain orang Jepang sakit hati atas kekalahan mereka dari Sekutu. Beberapa dari tentara Jepang memutuskan bergabung dengan pejuang Indonesia untuk menghadapi musuh bersama yaitu pasukan Sekutu dan Belanda.  Sebagian besar orang Jepang yang sakit hari itu memilih mendukung perjuangan Bangsa Indonesia secara diam-diam. Berdasarkan rapat staf Tentara Ke-16 Jepang pada 21 September 1945, Para Petinggi Militer Jepang di Jawa diperintahkan untuk membantu bangsa Indonesia.  Teknisnya secara semu para pemuda RI harus melakukan serangan militer ke tangsi-tangsi Militer Jepang. Namun, jepang tidak akan melakukan perlawanan bahkan mereka akan lari tunggang langgang sambil meninggalkan senjata. para pemuda menyerang dengan bambu runcing. Jadi Jepang bukan lari tunggang langgang karena takut bambu runcing tetapi karena diperintahkan oleh komandannya.  Di Bandung, Laksamana Maeda membentuk kesepakatan dengan pejuang Indonesia untuk melakukan pertempuran Sandiwara guna mengelabui pesawat pengintai Sekutu. Di tengan “Pertempuran Dahsyat” itu, pasukan Maeda kemudian menarik diri dan meninggalkan persenjataan mereka agar diambil oleh para pejuang Indonesia. Sebagai imbalannya, para pejuang menghadiahkan dua ekor kera kepada Maeda untuk dibawa pulang ke Jepang.  Namun, tidak semua tentara jepang mentaati perintah atasannya di Jakarta. Panglima Jepang di Jawa Tengah, Jenderal Nakamura telah memerintahkan pasukannya untuk menyerahkan senjata kepada pihak Indonesia. Namun, Komandan Garnisun Jepang di Semarang, Mayor Kido menolak dan mengabaikan perintah ini. Terjadilah pertempuran antara pihak Indonesia dengan Pasukan Jepang pimpinan Mayor Kido di Semarang yang dikenal dengan ‘Pertempuran Lima Hari’ dan berakhir ketika Sekutu datang Mengambil alih Indonesia.  Diperkirakan dalam pertempuran Lima Hari ini, 2000 orang Indonesia terbunuh. Pertempuran beakhir ketika Tentara Inggris tiba di Semarang.  Jadi kita harus logis dalam menilai sejarah. Maaf bukan mengecilkan arti perjuangan Bangsa, namun ini penting agar anak-anak kita berpikir jernih dan belajar kuat menjadi pemenang di dunia ini. Jika kita terlena dengan “khayalan” bahwa berjuang melawan pasukan Jepang yang memiliki pesawat pem-bom, Kapal Induk, Meriam dan Tank Baja mengadalkan Bambu Runcing.  Ajarkan anak-anak kita bahwa bila ingin menjadi bangsa yang besar berpikirlah besar. Ingin menjadi bangsa yang kuat, cerdaslah melalui pendidikan. Dan ingin menguasai dunia kuasailah teknologi, termasuk teknologi perang.  Saya akan sangat bangga ketika ada anak-anak kita kelak dewasa mampu menciptakan teknolgi super canggih untuk “menundukkan” bangsa lain. Tanpa harus terus menerus mengkhayal yang kecil melawan yang besar tanpa logika.  Untunglah Founding Father kita, bapak pendiri bangsa ini sangat bijak dengan menyebutkan kemenangan besar kemerdekaan RI adalah Atas Berkat Ramat Allah SWT sehingga kemerdekaan dapat terwujud melalui cara-Nya. Perjuangan melawan sekutu, militer RI dan para militer, pemuda dengan gagah berani menyambut kedatangan Sekutu dan NICA-Belanda dengan tembakan Senjata dan Meriam peninggalan Jepang.  Jadi menurut saya, jangan terlalu dibesar-besarkan perjuangan yang bermodal bambu runcing itu dapat mengalahkan penjajah Belanda dan Jepang ! Barangkali rakyat awam saat itu melihat pemuda menyerang tangsi militer jepang menggunakan bambu runcing memang benar adanya. Namun itu semua karena ada rahasia tingkat tinggi militer yang tak diketahuinya.  Jangan sampai anak-anak kita memandang bahwa jika menjadi Tentara Nasional Indonesia tidak memerlukan senjata canggih, cukup bambu runcing! Saya sangat bangga ketika militer Indonesia “Sangar” dengan senjata super canggihnya, apalagi buatan dalam negeri.
Mari kita sejenak melihat sejarah perjuangan bangsa kita melawan penjajah Belanda dan Jepang, apa yang digunakan pejuang-pejuang kita dulu ? Bambu runcing ! ya senjata yang sangat sederhan
a, hanya bambu yang diruncingkan bagian ujungnya. Itulah senjata yang digunakan. Namun dengan semangat jihad, hidup atau mati, merdeka atau mati, tercapailah apa yang dicita-cit
akan, KEMERDEKAAN !

Mungkin saat itu ada yang menilai, mana mungkin bembu runcing dapat mengalahkan tank-tank Belanda dan Jepang ? Mana mungkin bambu runcing dapat mengalahkan peralatan perang modern yang dimilki Belanda dan Jepang ?

Kita simpan sejenak kisah bambu runcing. Kita lihat betapa hebatnya negara penjajah kita saat itu: Jepang. Jepang menunjukkan kehebatannya dengan menyerang pearl harbour.

Pada 7 Desember 1941, pesawat Jepang dikomandoi oleh Laksamana Madya Chuichi Nagumo melaksanakan serangan udara kejutan terhadap Pearl Harbor, pangkalan angkatan laut AS terbesar di Pasifik. Pasukan Jepang menghadapi perlawanan kecil dan menghancurkan pelabuhan tersebut. AS dengan segera mengumumkan perang terhadap Jepang.

Bersamaan dengan serangan terhadap Pearl Harbor, Jepang juga menyerang pangkalan udara AS di Filipina. Setelah serangan ini, Jepang menginvasi Filipina dan koloni-koloni Inggris di Hong Kong, Malaya, Borneo dan Birma dengan maksud selanjutnya menguasai ladang minyak Hindia Belanda. Seluruh wilayah ini dan daerah yang lebih luas lagi, jatuh ke tangan Jepang dalam waktu beberapa bulan saja. Markas Britania Raya di Singapura juga dikuasai, yang dianggap oleh Churchill sebagai salah satu kekalahan dan sejarah yang paling memalukan bagi Britania.

Amerika Serikat membalas
Perebutan pulau-pulau seperti Iwo Jima dan Okinawa oleh pasukan AS menyebabkan Kepulauan Jepang berada dalam jangkauan serangan laut dan udara Sekutu. Di antara kota-kota lain, Tokyo dibom bakar oleh Sekutu, dimana dalam penyerangan awal sendiri ada 90.000 orang tewas akibat kebakaran hebat di seluruh kota. Jumlah korban yang tinggi ini disebabkan oleh kondisi penduduk yang padat di sekitar sentra produksi dan konstruksi kayu serta kertas pada rumah penduduk yang banyak terdapat di masa itu. Tanggal 6 Agustus 1945, bomber B-29 “Enola Gay” yang dipiloti oleh Kolonel Paul Tibbets, Jr. melepaskan satu bom atom Little Boy di Hiroshima, yang secara efektif menghancurkan kota tersebut.

Pada tanggal 8 Agustus 1945, Uni Soviet mendeklarasikan perang terhadap Jepang, seperti yang telah disetujui pada Konferensi Yalta, dan melancarkan serangan besar terhadap Manchuria yang diduduki Jepang (Operasi Badai Agustus). Tanggal 9 Agustus 1945,pesawat bomber jenis Boeing B-29 Superfortress “Bock’s Car” yang dipiloti oleh Mayor Charles Sweeney melepaskan satu bom atom Fat Man di Nagasaki.

Kombinasi antara penggunaan bom atom dan keterlibatan baru Uni Soviet dalam perang merupakan faktor besar penyebab menyerahnya Jepang, walaupun sebenarnya Uni Soviet belum mengeluarkan deklarasi perang sampai tanggal 8 Agustus 1945, setelah bom atom pertama dilepaskan. Jepang menyerah tanpa syarat pada tanggal 14 Agustus 1945, menandatangani surat penyerahan pada tanggal 2 September 1945 di atas kapal USS Missouri di teluk Tokyo.

Mari kita lihat, mungkinkah bambu runcing melawan senjata super modern penjajah kita?

Setelah menyerahnya Jepang, Sekutu memerintahkan agar Pemerintahan militer Jepang di Indonesia terus menjaga status quo sambil menunggu kedatangan pasukan Sekutu. Meskipun masih memiliki kekuatan militer di Indonesia, jepang enggan mengerahkan pasukannya.

Beberapa saat setelah menyerahnya Jepang ke Sekutu, para meuda menginginkan segera dilaksanakan perebutan kekuasan dari Jepang. Namun “kaum tua” menolaknya. Kemudian kita mengenal sejarah penculikan Soekarno yang dibawa ke Rengasdengklok.

Secara sporadis para pemuda melakukan perebutan kekuasaan dengan mengambilalih stasiun kereta api Manggarai dan Jatinegara serta sejumlah sarana dan prasrana lainnya.

“Bantuan Jepang”

Aksi pemuda menimbulkan dilema di kalangan petinggi Jepang. Di satu sisi harus menjaga Status Quo hingga Sekutu datang, di sisi lain orang Jepang sakit hati atas kekalahan mereka dari Sekutu. Beberapa dari tentara Jepang memutuskan bergabung dengan pejuang Indonesia untuk menghadapi musuh bersama yaitu pasukan Sekutu dan Belanda.

Sebagian besar orang Jepang yang sakit hari itu memilih mendukung perjuangan Bangsa Indonesia secara diam-diam. Berdasarkan rapat staf Tentara Ke-16 Jepang pada 21 September 1945, Para Petinggi Militer Jepang di Jawa diperintahkan untuk membantu bangsa Indonesia.

Teknisnya secara semu para pemuda RI harus melakukan serangan militer ke tangsi-tangsi Militer Jepang. Namun, jepang tidak akan melakukan perlawanan bahkan mereka akan lari tunggang langgang sambil meninggalkan senjata. para pemuda menyerang dengan bambu runcing. Jadi Jepang bukan lari tunggang langgang karena takut bambu runcing tetapi karena diperintahkan oleh komandannya.

Di Bandung, Laksamana Maeda membentuk kesepakatan dengan pejuang Indonesia untuk melakukan pertempuran Sandiwara guna mengelabui pesawat pengintai Sekutu. Di tengan “Pertempuran Dahsyat” itu, pasukan Maeda kemudian menarik diri dan meninggalkan persenjataan mereka agar diambil oleh para pejuang Indonesia. Sebagai imbalannya, para pejuang menghadiahkan dua ekor kera kepada Maeda untuk dibawa pulang ke Jepang.

Namun, tidak semua tentara jepang mentaati perintah atasannya di Jakarta. Panglima Jepang di Jawa Tengah, Jenderal Nakamura telah memerintahkan pasukannya untuk menyerahkan senjata kepada pihak Indonesia. Namun, Komandan Garnisun Jepang di Semarang, Mayor Kido menolak dan mengabaikan perintah ini. Terjadilah pertempuran antara pihak Indonesia dengan Pasukan Jepang pimpinan Mayor Kido di Semarang yang dikenal dengan ‘Pertempuran Lima Hari’ dan berakhir ketika Sekutu datang Mengambil alih Indonesia.

Diperkirakan dalam pertempuran Lima Hari ini, 2000 orang Indonesia terbunuh. Pertempuran beakhir ketika Tentara Inggris tiba di Semarang.

Jadi kita harus logis dalam menilai sejarah. Maaf bukan mengecilkan arti perjuangan Bangsa, namun ini penting agar anak-anak kita berpikir jernih dan belajar kuat menjadi pemenang di dunia ini. Jika kita terlena dengan “khayalan” bahwa berjuang melawan pasukan Jepang yang memiliki pesawat pem-bom, Kapal Induk, Meriam dan Tank Baja mengadalkan Bambu Runcing.

Ajarkan anak-anak kita bahwa bila ingin menjadi bangsa yang besar berpikirlah besar. Ingin menjadi bangsa yang kuat, cerdaslah melalui pendidikan. Dan ingin menguasai dunia kuasailah teknologi, termasuk teknologi perang.

Saya akan sangat bangga ketika ada anak-anak kita kelak dewasa mampu menciptakan teknolgi super canggih untuk “menundukkan” bangsa lain. Tanpa harus terus menerus mengkhayal yang kecil melawan yang besar tanpa logika.

Untunglah Founding Father kita, bapak pendiri bangsa ini sangat bijak dengan menyebutkan kemenangan besar kemerdekaan RI adalah Atas Berkat Ramat Allah SWT sehingga kemerdekaan dapat terwujud melalui cara-Nya. Perjuangan melawan sekutu, militer RI dan para militer, pemuda dengan gagah berani menyambut kedatangan Sekutu dan NICA-Belanda dengan tembakan Senjata dan Meriam peninggalan Jepang.

Jadi menurut saya, jangan terlalu dibesar-besarkan perjuangan yang bermodal bambu runcing itu dapat mengalahkan penjajah Belanda dan Jepang ! Barangkali rakyat awam saat itu melihat pemuda menyerang tangsi militer jepang menggunakan bambu runcing memang benar adanya. Namun itu semua karena ada rahasia tingkat tinggi militer yang tak diketahuinya.

Jangan sampai anak-anak kita memandang bahwa jika menjadi Tentara Nasional Indonesia tidak memerlukan senjata canggih, cukup bambu runcing! Saya sangat bangga ketika militer Indonesia “Sangar” dengan senjata super canggihnya, apalagi buatan dalam negeri.

No comments:

Post a Comment